Lyric

…Hei

Suara siapa yang kau dengar?

Dalam pusaran bisikan

Di mana kebenaran?

Hanya cahaya yang terdistorsi

Memantul di cermin kabur

Pertanyaan tertelan utuh—

Kita menjadi bayangan

Layar berita redup itu

Kutatap samar, setengah sadar

Makna berlapis, kata-kata

Semua terasa kabur entah bagaimana

Warna yang dulu kupikir “benar”

Meleleh sekejap saja—

Semuanya memudar jadi abu-abu

—Suara siapa yang kau percaya?

…Benarkah?

Dalam kabut ini

Jawaban… tak ada

Melalui mata siapa kau melihat?

Seolah ditarik pelan

Dorongan lembut dari entah mana

Tanpa kusadari, aku melebur bersama kerumunan

Berjalan seirama seperti yang lain

Kata-kata terus mengalir, tapi

Semua terasa sunyi aneh

Hanya di dalam hati, pertanyaan bergema—

Tenggelam seperti pasir yang jatuh

Dan tetap

Aku tak bisa berhenti

Apa yang tercermin di mata kosong itu…

Apakah benar “nyata”?

Dunia yang dicat ulang oleh orang lain

Suara perlahan terhapus

Dan kerumunan terus bergerak maju

Sesuatu yang tak terlihat

Diam-diam merobek kita

Ritme menetes tak beraturan

“Patahkan garisnya,” bisikan memanggil

“Di mana kebenaran?”

Suara runtuh

Saat jarum rusak berhenti—

Di balik keheningan

Pasti ada teriakan

Lagi, aku mencair bersama kerumunan

Membawa rasa sakit yang tak bisa kusebutkan

Suara yang bertanya—

Tak sampai ke mana pun

Mata terpejam memilih jalan ini

Tapi tetap

Aku terus mengejar cahaya

Bisikan tak pernah berhenti

Pertanyaan terus mengembara dalam kabut

Namun di celah terkecil

Suara kita…

Masih bergema di suatu tempat

…Mungkin