Lyric

Kututup pintu, hapus wajah letih

Hari berlalu, satu lagi

Daftar tugas biar menunggu

Ku ingin duduk di taman hatiku

Telapak kaki cium tanah basah

Jari menyapu daun dan rumput

Tak ada kursi, hanya gunting tajam

Waktunya panen:

CAMBUK DIRI!

Waktu favoritku

Ku garap tanah

Dengan perih dan rasa sakit

Kutabur benih

Penderitaanku

Berkali-kali lagi!

INI YANG KU TAHU DAN SELALU KULAKUKAN

KAR’NA AKULAH BUAH…

YANG LAHIR DARI BIJI BUSUK…!

Cubiti kulit, hentak kepalaku

Memar dan luka, satu lagi

Bertanya kenapa aku begini

Ku ingin duduk di taman hatiku

Merenung waktu yang telah hilang

Oh jari menyisir rambut kusut

Tak ada doa, hanya gunting tajam

Waktunya panen:

CAMBUK DIRI!

Waktu favoritku

Ku garap tanah

Dengan perih dan rasa sakit

Kutabur benih

Penderitaanku

Berkali-kali lagi!

INI YANG KU TAHU DAN SELALU KULAKUKAN

KAR’NA AKULAH BUAH…

YANG LAHIR DARI BIJI BUSUK…!

Tanamanku masak

Selalu berbuah

Kupetik derita

Tapi… untuk apa?

Ritual, kebiasaan

Tak bisa kujelas-kan

Tapi waktunya panen:

CAMBUK DIRI!

YEAH!

Waktu favoritku

Ku garap tanah

Dengan perih dan rasa sakit

Kutabur benih

Penderitaanku

Berkali-kali lagi!

INI YANG KU TAHU DAN SELALU KULAKUKAN

KAR’NA AKULAH BUAH…

YANG LAHIR DARI BIJI BUSUK…!

Waktu favoritku

Ku garap tanah

Dengan perih dan rasa sakit

Kutabur benih

Penderitaanku

Berkali-kali lagi!