Lyric

Di bayang cahaya yang sekarat

Sumpah darah mulai terbang berat

Lihatlah sang anak yang hilang nurani

Di hadapan Sang Guru, dibadai terhanyut diri

Dengan mata baja, suara sekeras batu

Kan kutempa kekuatan dari daging yang rapuh

Bejana lemah ini takkan patah, hanya tunduk

Dari debu, akan kucetak prajurit utuh!

Dari lemah lahirlah kekuatan; dari takut lahir tekad

Hanya lewat perih, kau akan beranjak

Meski daging robek dan jiwa tertekuk

Takdirmu dan kehendakku berpaut tak terputus

Ditempa derita, dimandikan pedih!

Kehendak Guru—bencana murid!

Apa yang belas kasih beri, pedang akan rebut

Apa yang hati simpan, pikiran akan takluk

Belas kasih adalah selubung maut

Keraguan hanyalah makam prajurit

Di hiruk pertempuran, jangan beri ampun

Buanglah belas kasih jika ingin bertahan

Setiap fajar membawa ujian, senja membawa putus asa

Namun di tungku ini, aku berani bersuara:

Untuk bangkit kembali dari seni penderitaan

Seperti baja yang muncul, begitu pula hatiku

Cahaya bulan perak menyelimuti tubuhnya

Menceritakan kisah perang yang dibawanya

Pada dagingnya, terlukis tenun cerita

Tentang derita yang dilalui dan kemenangan dibawa

Setiap luka, pelajaran yang terukir di kulit

Segala yang kukorbankan untuk tetap berdiri

Terlalu banyak yang kuberi untuk berbalik

Hidup di antara yang hidup, namun milik yang mati

Anak yang dulu ada, kini dingin dan diam

Diganti besi, ditempa kehendak keras

Tanganku kini menebar rancangan maut

Di mana dulu ada ragu, kini tujuan bertaut

Lihatlah karyaku, selesai dalam darah

Lewat derita, takdirku kucapai sudah

Dua jiwa berpaut oleh pedang dan darah

Ditempa kegelapan, ditanggung derita!

Harga kekuatan, selamanya terbayar!

Guru dan murid, selamanya terikat!

Harga kekuatan, selamanya terbayar!

Guru dan murid, selamanya terikat!